Kelemahan terbesar dari lembaga pendidikan dan pembelajaran saat ini, pendidikan tidak memiliki basis pengembangan budaya yang jelas. Lembaga pendidikan hanya dikembangkan berdasarkan model ekonomik untuk menghasilkan manusia pekerja, sehingga tidak mengherankan bila keluaran pendidikan menjadi manusia pencari kerja dan tidak berdaya, bukan manusia kreatif pencipta kesejahteraan. Pendidikan di Indonesia telah membuat cita-cita mulia Ki Hajar Dewantara tidak akan terwujud.
Tokoh pendidikan bangsa, Ki Hajar Dewantara dengan konsep cipta-rasa-karsa, tentang tut wuri handayani mengartikulasi cita-cita luhur dari UUD 1945 dengan menimba dan mengembangkan konsep pendidikan dari tanah sendiri tidak mengimpor konsep dari luar negeri. Penting, menciptakan keadaban pendidikan dengan pola sendiri, menggali kultur kita sendiri sebagai jalan untuk selaras dan harmonis dalam kedamaian hidup. Itulah esensi nilai-nilai pendidikan yang sudah lama bangsa Indonesia miliki, hanya dengan angin globalisasi membuat pendidikan kita semakin terpengaruh dengan pola pendidikan asing.
Dalam menuju era globalisasi, Indonesia harus melakukan reformasi dalam proses pendidikan, yaitu dengan tekanan menciptakan sistem pendidikan yang lebih komprehensif dan fleksibel, sehingga para lulusan dapat berfungsi secara efektif dalam kehidupan masyarakat global demokratis.
Tokoh pendidikan bangsa, Ki Hajar Dewantara dengan konsep cipta-rasa-karsa, tentang tut wuri handayani mengartikulasi cita-cita luhur dari UUD 1945 dengan menimba dan mengembangkan konsep pendidikan dari tanah sendiri tidak mengimpor konsep dari luar negeri. Penting, menciptakan keadaban pendidikan dengan pola sendiri, menggali kultur kita sendiri sebagai jalan untuk selaras dan harmonis dalam kedamaian hidup. Itulah esensi nilai-nilai pendidikan yang sudah lama bangsa Indonesia miliki, hanya dengan angin globalisasi membuat pendidikan kita semakin terpengaruh dengan pola pendidikan asing.
Dalam menuju era globalisasi, Indonesia harus melakukan reformasi dalam proses pendidikan, yaitu dengan tekanan menciptakan sistem pendidikan yang lebih komprehensif dan fleksibel, sehingga para lulusan dapat berfungsi secara efektif dalam kehidupan masyarakat global demokratis.
Perlu Adanya Paradigma Baru Dalam Pendidikan
Praktik pembelajaran digeser menjadi pembelajaran yang lebih bertumpu pada teori kognitif dan konstruktivistik. Pendidikan tidak hanya sekedar menempatkan manusia sebagai alat produksi. Namun manusia harus dipandang sebagai sumber daya yang utuh. Membangun masyarakat terdidik dan cerdas yang memiliki karakter tangguh dan daya kreatifitas tinggi.
Karakter merupakan kekayaan terbesar dalam hidup seseorang. Kekuatan yang membentengi diri dari segala macam godaan yang mendorong pada tingkah laku yang tidak terpuji. Character building adalah proses mengukir atau memahat jiwa, sehingga berbentuk unik, khas, menarik, dan berbeda dengan yang lain. Sosok berkarakter tangguh akan mempunyai nilai tambah ketika bisa menemukan kemandirian di tengah lingkungan sosial.Bukan saja mandiri memenuhi kebutuhan sendiri, namun siap mengulurkan tangan pada mereka yang membutuhkan. Karakter akan menjadikan orang menjadi kreatif, yang selalu berkembang, tidak diam di tempat saja. Pembelajaran berkarakter mampu melatih daya-daya yang ada pada manusia yang meliputi daya berpikir, mengingat, mengamati, menghapal, menanggapi, dan sebagainya.
Nilai - nilai ajaran universal dari Ki Hajar Dewantara perlu digali kembali untuk memaknai pendidikan di Indonesia yang sudah mengarah globalisasi pendidikan dan condong ke komersialisasi . Pendidikan harus memiliki keseimbangan dalam perannya membangun peserta didik sebagai warga dunia, warga bangsa, dan warga masyarakat.Arah pendidikan harus menyeimbangkan antara perkembangan global di satu sisi dan akar budaya dalam konteks lokal di sisi lain, menyeimbangkan antara hal-hal yang akan berdimensi masa depan dengan hal-hal yang berdimensi saat kini.
Nilai - nilai ajaran universal dari Ki Hajar Dewantara perlu digali kembali untuk memaknai pendidikan di Indonesia yang sudah mengarah globalisasi pendidikan dan condong ke komersialisasi . Pendidikan harus memiliki keseimbangan dalam perannya membangun peserta didik sebagai warga dunia, warga bangsa, dan warga masyarakat.Arah pendidikan harus menyeimbangkan antara perkembangan global di satu sisi dan akar budaya dalam konteks lokal di sisi lain, menyeimbangkan antara hal-hal yang akan berdimensi masa depan dengan hal-hal yang berdimensi saat kini.
Oleh : Yayi Destriani (Dept. Sosial Masyarakat)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Pengunjung yang baik meninggalkan pesan