Rabu, 25 April 2012

"Makna Hari Kartini"


Kartini, dikenal sebagai pelopor kebangkitan perempuan, simbol p ersamaan gender, dan emansipasi wanita tentunya, beliau adalah seorang tokoh Pahlawan Nasional Indonesia yang lahir di Jepara, 21 April 1879 sekaligus merupakan putri dari Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat seorang bupati Jepara saat itu. Ia merupakan putri dari golongan bangsawan. Kartini meninggal pada umur 25 tahun, tepatnya tanggal 17 September 1904, di Rembang, Jawa Tengah.
Raden Adjeng Kartini, begitulah sebutan untuknya. Beliau adalah cerminan wanita yang cerdas, yang tidak mau hanya berdiam diri melihat kaum wanita saat itu begitu tertindas dan dibedakan dengan kaum laki-laki, kaum wanita dipandang rendah dan tidak boleh bersekolah, hanya putri kaum bangsawan sajalah yang mampu bersekolah.  Ambisi dan keinginan Kartini untuk melepaskan kaumnya dari diskriminasi yang membudaya saat itu begitu besar, sehingga dia menulis surat-surat yang dijadikan buku untuk kemudian dikirimkan untuk sahabat-sahabatnya di Belanda, buku itulah bukti bahwa beliau begitu berkeinginan agar diskriminasi kaumnya saat itu dapat dapat dihentikan. Buku kumpulan surat-surat itu diberi nama Door Duisternis tot Lich (Habis Gelap Terbitlah Terang) olehnya.
Karena usahanya yang begitu besar itulah, kaum wanita saat ini dapat bersekolah, dan diskriminasi kaumnya dapat dihapuskan. Presiden Soekarno menetapkan tanggal 21 April sebagai hari lahir kartini, hari kebangkitan kaum perempuan, sekaligus menetapkan Raden Adjeng Kartini sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional yang kita peringati setiap tahunnya sebagai hari Kartini.
Seiring dengan berjalannya waktu, Komnas Perempuan menjadikan hari emansipasi wanita tersebut sebagai momentum penegakkan hak-hak perempuan, meliputi hak atas pendidikan, kemandirian ekonomi, hak untuk tidak disakiti dan sikap protes terhadap budaya atau adat-istiadat yang mendiskriminasi perempuan.
Indonesia  sudah memiliki instrument hukum untuk melindungi kaum perempuan dari berbagai macam kekerasan, namun itu sangatlah belum cukup karena pengetahuan dan kesadaran masyarakat terhadap peraturan masih sangat terbatas. Kenyataannya masih banyak sekali kasus kekerasan terhadap kaum wanita, seperti KDRT (Kekerasan dalam Rumah Tangga), pelecehan seksual, kekerasan psikis, ekonomi dan lain-lain.
Yang semestinya kita resapi saat ini adalah apakah cita-cita ibu kita Raden Adjeng Kartini yang hendak ia wujudkan saat ini sudah terwujud dan terpenuhi atau belum, maka kita perlu evaluasi dan refleksikan bersama.
Kita sebagai Kartini harus bisa menunjukan kepada dunia, bahwa kaum wanita dapat bersaing dengan kaum laki-laki tanpa meninggalkan kodratnya sebagai wanita. Tidak hanya dengan mengikuti lomba, memakai sanggul dan berkebaya saja yang mesti kita lakukan, tetapi diliputi dengan usaha yang menunjukan bahwa kita kaum wanita pantas untuk itu.
Karena dari perempuanlah generasi-generasi pembangun peradaban itu dilahirkan. Melalui pendidikan dalam  keluarga, perempuan jugalah yang menentukan akan menjadi seperti apa generasi penerus kelak. Pemimpin atau Pecundang? Alim ulama atau pendosa? Seorang yang bermanfaat atau sekedar sampah masyarakat? Semua itu bergantung pada sejauh mana perempuan menyadari betapa berharga diri mereka dan betapa besar tanggung jawab yang dipikulkan peradaban ke pundak mereka. Karena sejatinya, perempuan adalah cermin peradaban.

(by: Dept Pemberdayaan Perempuan)

Mati satu tumbuh seribu. Kartini mungkin sudah tiada, namun semangat juangnya tidak boleh padam begitu saja. Maju terus para Kartini muda. 
Selamat Hari Kartini 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pengunjung yang baik meninggalkan pesan